Kepala biara dari gereja Elia Nabi Moskwa di Moskow, Romo Superior Timofei, dirampas haknya untuk melakukan kebaktian di gereja dengan keputusan ulama tertinggi dari keuskupan kota Moskow. Ini adalah sanksi disipliner yang ketat, setara, misalnya, dengan fakta bahwa jika seorang pejabat pemerintah dicopot dari jabatannya.
![Image Image](https://images.culturehatti.com/img/kultura-i-obshestvo/82/pochemu-svyashenniku-zapretili-provodit-sluzhbi-posle-dtp.jpg)
Pada akhir Juli, Abbot Timofei, yang mengendarai mobil sport dua kursi BMW, mengalami kecelakaan. Mobilnya, bergerak dengan kecepatan tinggi, menabrak bergantian ke Volkswagen Touareg dan Toyota Corolla. Hanya secara ajaib dilakukan tanpa korban. Kerusakan material yang signifikan ditimbulkan. Menurut data awal, pendeta itu dalam keadaan mabuk.
Peristiwa ini menyebabkan pecahnya diskusi baru tentang karakter moral dan gaya hidup beberapa imam, yang sama sekali tidak merupakan contoh kerendahan hati dan kesederhanaan, seperti yang diperintahkan oleh Kristus, dengan demikian memberikan bayangan di seluruh gereja. Terutama ketika diketahui bahwa mobil asing naas, yang dikelola oleh Abbot Timofei, memiliki nomor diplomatik. Untuk menghindari skandal dan tuduhan mengumbar, pimpinan keuskupan kota Moskow menganggap perlu untuk menghapus pendeta yang bersalah dari melakukan pelayanan gereja sampai akhir penyelidikan.
Namun segera terjadi keadaan darurat baru, bahkan lebih memalukan dan menyedihkan. Pada pertengahan Agustus, SUV Gelendwagen Mersedes-Benz, yang mengemudi pada malam hari dengan kecepatan tinggi di sepanjang Kutuzovsky Prospekt Moscow, bertemu dengan sekelompok pekerja yang terlibat dalam perbaikan permukaan jalan. Dari pukulan yang mengerikan, dua orang yang malang tewas di tempat, yang lain menerima luka serius. Pengemudi SUV mencoba melarikan diri dari tempat kejadian, sehingga hanya memperburuk kesalahannya. Ketika dia ditahan, ternyata hieromonk Elijah ada di belakang kemudi (Semin di dunia). Dia juga mabuk. Berita tentang keadaan darurat ini telah menggerakkan masyarakat, sekali lagi menimbulkan kritik keras terhadap perilaku buruk beberapa anggota Gereja Ortodoks Rusia.
Pimpinan keuskupan kota Moskow melarang pendeta ini melakukan kebaktian di gereja sampai akhir penyelidikan. Selain itu, menyadari bahwa insiden-insiden seperti itu melukai otoritas seluruh gereja, dia buru-buru membuat pernyataan yang mengutuk perilaku para imam yang disebutkan di atas. Pernyataan ini juga memperjelas bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran pidana harus dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya, dan klerus mereka tidak boleh dianggap sebagai keadaan yang meringankan.