Akhir Perang Dunia II tidak berarti bahwa konfrontasi antara kekuatan politik yang bermusuhan berhenti. Sebaliknya, setelah kemenangan atas Jerman Nazi, prasyarat diciptakan untuk konfrontasi antara Barat kapitalis dan Timur komunis. Konfrontasi ini disebut Perang Dingin dan berlangsung sampai runtuhnya Uni Soviet.
![Image Image](https://images.culturehatti.com/img/kultura-i-obshestvo/65/kakovi-itogi-holodnoj-vojni.jpg)
Penyebab Perang Dingin
Apa alasan konfrontasi "dingin" yang begitu lama antara Barat dan Timur? Ada kontradiksi yang dalam dan tak terpecahkan antara model masyarakat yang diwakili oleh Amerika Serikat dan sistem sosialisme yang dipimpin oleh Uni Soviet.
Kedua kekuatan dunia ingin memperkuat pengaruh ekonomi dan politik mereka dan menjadi pemimpin komunitas dunia yang tidak perlu.
Amerika Serikat sangat tidak senang bahwa Uni Soviet telah membangun pengaruhnya di beberapa negara di Eropa Timur. Sekarang mulai mendominasi ideologi komunis. Lingkaran reaksioner Barat takut bahwa ide-ide komunis akan menembus lebih jauh ke Barat, dan bahwa kubu sosialis yang terbentuk dapat secara serius bersaing dengan dunia kapitalis di bidang ekonomi dan militer.
Awal Perang Dingin, para sejarawan mempertimbangkan pidato politisi Inggris terkemuka Winston Churchill, yang disampaikannya di Fulton pada Maret 1946. Dalam pidatonya, Churchill memperingatkan dunia Barat terhadap kesalahan dengan secara langsung berbicara tentang bahaya komunis yang akan datang, di mana perlu dipersatukan. Ketentuan yang dinyatakan dalam pidato ini menjadi panggilan de facto untuk pecahnya Perang Dingin melawan Uni Soviet.
Perang Dingin
Perang Dingin memiliki beberapa klimaks. Salah satunya adalah penandatanganan oleh sejumlah negara Barat Perjanjian Atlantik Utara, perang di Korea dan pengujian senjata nuklir di Uni Soviet. Dan di awal tahun 60an, dunia menyaksikan dengan waspada perkembangan apa yang disebut krisis Karibia, yang menunjukkan bahwa kedua negara adikuasa memiliki senjata yang sangat kuat sehingga tidak akan ada pemenang dalam kemungkinan konfrontasi militer.
Kesadaran akan fakta ini membawa para politisi pada gagasan bahwa konfrontasi politik dan penumpukan senjata harus dikendalikan. Keinginan Uni Soviet dan Amerika Serikat untuk memperkuat kekuatan militer mereka menyebabkan pengeluaran anggaran yang luar biasa dan merusak ekonomi kedua kekuatan. Statistik menunjukkan bahwa kedua ekonomi tidak dapat terus mempertahankan laju perlombaan senjata, itulah sebabnya pemerintah Amerika Serikat dan Uni Soviet akhirnya membuat kesepakatan untuk mengurangi persenjataan nuklir.
Tetapi Perang Dingin masih jauh dari selesai. Dia melanjutkan di ruang informasi. Kedua negara secara aktif menggunakan perangkat ideologis mereka untuk melemahkan kekuatan politik masing-masing. Provokasi dan kegiatan subversif digunakan. Masing-masing pihak mencoba menghadirkan keunggulan sistem sosialnya dalam kemenangan, sambil meremehkan prestasi musuh.