Arkeolog modern telah menemukan cukup banyak bukti bahwa orang pertama tidak menggunakan api untuk memasak, untuk pemanasan atau penerangan. Mereka takut api dan berusaha untuk tidak membakar rumput atau pohon kering. Mereka tahu bahwa dia membawa kematian dan kehancuran, tetapi mereka tidak bisa menjinakkan fenomena alam yang liar.
Instruksi manual
1
Siapa dan bagaimana untuk pertama kalinya mulai menggunakan api masih merupakan misteri, tetapi kemungkinan besar ini terjadi secara kebetulan. Pada titik tertentu, orang-orang kuno memperhatikan bahwa setelah kebakaran hutan masih ada kayu panas yang memberikan panas, dan daging hewan yang mati menjadi lebih enak. Pilihan lain juga dimungkinkan: selama badai ganas, petir dapat mengenai pohon kering dan menyalakannya. Tidak diragukan lagi, perintis yang menentang ketakutannya adalah pemberani sejati. Berkat keingintahuan alami, kecerdikan dan keberanian, pria primitif ini memberi keluarga atau sukunya keajaiban seperti api.
2
Orang-orang dengan hati-hati menjaga api yang diperoleh selama badai atau kebakaran, dan hanya perwakilan yang paling bertanggung jawab dari komunitas mereka yang mempercayai perhatian mereka. Namun, terkadang api padam, dan seluruh suku dibiarkan tanpa panas dan cahaya. Dalam masyarakat primitif ada kebutuhan mendesak untuk membuat api, tidak berharap untuk badai atau api berikutnya. Pada zaman kuno, orang bisa mendapatkannya hanya secara eksperimen. Tidak diketahui berapa banyak metode yang mereka coba, tetapi temuan arkeologis menunjukkan bahwa hanya sedikit dari mereka yang mencapai tujuan mereka.
3
Kuret adalah cara termudah, tetapi menghabiskan waktu untuk membuat api. Esensinya adalah menggerakkan tongkat kering di sepanjang papan kayu. Dengan menekan tongkat dengan kuat, lelaki itu berusaha meraih papan yang membara, sehingga nantinya ia akan menuangkan rumput dan daun kering dan dengan demikian terbakar. Para ilmuwan menyebut perlengkapan ini bajak api.
4
Adaptasi lain dari nenek moyang adalah gergaji api. Perbedaan utama dari "bajak" adalah bahwa seorang pria tidak menggerakkan tongkatnya di sepanjang papan, tetapi melintasinya. Dengan cara ini, serpihan kayu yang membara tercecer. Namun, segera seorang pria menemukan cara yang lebih cepat dan lebih mudah untuk melakukan pengeboran api. Sebuah lubang dibuat di log atau sepotong besar di mana mata bor dimasukkan. Karena gesekan yang kuat dengan tongkat di antara telapak tangan, asap mulai keluar dari bawahnya. Ini berarti bubuk kayu mulai membara.
5
Cara kemudian dan salah satu cara paling umum dan efektif untuk membuat api adalah dengan menggunakan batu untuk mengukir percikan. Batu api pada waktu itu berfungsi sebagai batu biasa, yang dipukul dengan keras pada bijih besi. Bunga api ukiran dilakukan pada sudut sehingga bunga api yang dihasilkan jatuh pada daun atau rumput kering. Api dengan cara ini menyala lebih cepat.