Kekuasaan menyertai seluruh sejarah manusia dan merupakan elemen yang tidak berubah-ubah dari sistem sosial mana pun. Saat ini, ada berbagai interpretasi kekuasaan sebagai fenomena sosial.
![Image Image](https://images.culturehatti.com/img/kultura-i-obshestvo/94/v-chem-zaklyuchaetsya-fenomen-vlasti.jpg)
Instruksi manual
1
Sebagian besar teori klasik memandang kekuasaan sebagai kemampuan dan kemampuan untuk melatih kehendak sendiri. Dengan bantuan kekuasaan, seseorang dapat menentukan aktivitas dan perilaku orang. Ada berbagai jenis kekuatan - sosial, ekonomi, patriarki. Tetapi tempat khusus milik kekuatan politik, seperti itu dibedakan oleh supremasi dan kewajiban untuk mengeksekusi keputusan kekuasaan.
2
Kekuasaan sebagai fenomena sosial terdiri dari dua elemen - sumber dan subjek. Sumber kekuatan bisa sangat berbeda. Diantaranya memancarkan otoritas, kekuasaan atau hukum. Kekuasaan selalu subyektif. Selain itu, ia bertindak sebagai elemen dua sisi, menunjukkan dominasi penguasa atas objek. Subjek kekuasaan dapat berupa individu atau kelompok sosial, lembaga, organisasi atau negara. Mereka mempengaruhi perilaku orang lain, kelompok, kelas (objek kekuasaan) melalui perintah, penyerahan, hukuman atau penjatahan. Tidak ada kekuatan tanpa tunduk pada suatu objek.
3
Kekuasaan melakukan sejumlah fungsi sosial yang signifikan. Ini adalah integrasi masyarakat, regulasi dan stabilisasi kehidupan, serta motivasi. Pihak berwenang harus mengupayakan kemajuan sosial, serta berkontribusi pada peningkatan masyarakat. Untuk menjaga hukum dan ketertiban, untuk melawan fenomena dan konflik krisis, pemerintah dapat menjalankan fungsi represifnya.
4
Fenomena kekuasaan adalah bahwa, di satu sisi, kekuasaan memberikan kemampuan untuk memuaskan ambisi mereka melalui penggunaan orang lain untuk tujuan mereka sendiri (ini dinyatakan dalam pembagian masyarakat menjadi tuan dan bawahan), dan di sisi lain, kekuasaan adalah cara integrasi sosial dan merampingkan kehidupan masyarakat.
5
Literatur ilmiah menyajikan berbagai interpretasi tentang definisi kekuasaan, yang fokus pada berbagai aspek dari fenomena ini. Pendekatan teleologis, perilaku, sistemik, fungsional, dan psikologis yang paling luas.
6
Teori teleologis menafsirkan kekuatan sebagai cara untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Mereka memperluas kekuasaan tidak hanya pada hubungan antara manusia dan kelompok sosial, tetapi juga pada interaksi manusia dengan alam. Dalam kasus terakhir, ini berbicara tentang kekuatan manusia atas alam.
7
Teori perilaku (atau perilaku) menafsirkan kekuatan sebagai tipe perilaku khusus. Dalam kerangka kerjanya, beberapa orang mendominasi, sementara yang lain patuh. Para pendukung pendekatan ini percaya bahwa sumber kekuatan adalah motivasi pribadi orang untuk berkuasa, karena ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh kekayaan, status sosial tertentu, keamanan, dll.
8
Teori-teori psikologi mencoba memahami motivasi subyektif untuk hasrat akan kekuasaan. Menurut para pendukung psikoanalisis, hal ini disebabkan oleh sublimasi libido yang ditekan, keinginan untuk mengimbangi inferioritas spiritual atau fisik. Munculnya rezim totaliter diktatorial, menurut teori psikologis, dikaitkan dengan keinginan para pemimpin untuk mengkompensasi cedera yang diderita di masa kecil.
9
Pendukung pendekatan sistematis mengaitkan munculnya kekuasaan dengan kebutuhan untuk memastikan komunikasi sosial untuk mencapai tujuan bersama. Kekuasaan, menurut mereka, memungkinkan pengintegrasian masyarakat dan mengatur konflik di antara berbagai kelompok.
10
Teori fungsional menganggap kekuasaan sebagai cara pengaturan diri masyarakat. Pendukungnya percaya bahwa tanpa dia manusia normal adalah mustahil. Menurut mereka, struktur sosial itu sendiri menentukan kesesuaian pemisahan fungsi manajemen dan penyerahan.