Dalam budaya modern, seseorang dapat bertemu tidak hanya individu individu, tetapi bahkan seluruh kelompok orang yang tidak cocok dengan struktur sosial masyarakat yang sudah mapan. Mereka tidak selalu merupakan perwakilan dari "bottom" sosial, mereka dapat memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan status yang tepat. Perbedaan antara individu yang terpinggirkan dari orang lain adalah dalam dunia nilai-nilai khusus. Siapa marginalnya?
Marginalitas sebagai fenomena sosial
Wikipedia menyebut marginal orang yang menemukan dirinya berada di perbatasan kelompok atau budaya sosial yang berlawanan. Orang-orang seperti itu mengalami pengaruh timbal balik dari berbagai sistem nilai, yang seringkali saling bertentangan. Di masa Soviet, kata "terpinggirkan" identik dengan istilah "elemen yang tidak diklasifikasikan". Sehingga sering disebut orang-orang yang masuk ke paling bawah hierarki sosial. Tetapi pemahaman marjinalitas seperti itu harus dianggap sepihak dan tidak sepenuhnya benar.
Konsep "marginalitas" juga ditemukan dalam sosiologi. Di sini ini menunjukkan sifat perantara posisi sosial di mana seseorang menemukan dirinya. Penyebutan pertama tentang individu dan kelompok yang terpinggirkan muncul dalam sosiologi Amerika, yang menggambarkan kekhasan adaptasi imigran terhadap kondisi sosial yang tidak mereka kenal dan tatanan yang melekat dalam kehidupan di negeri asing.
Marginal menyangkal nilai-nilai kelompok dari mana mereka muncul, dan menegaskan norma dan aturan perilaku baru.