Kata "kanon", yang berasal dari bahasa Yunani, digunakan tidak hanya dalam terminologi sejarah seni, tetapi juga dalam retorika agama. Canon sebagai seperangkat aturan merupakan cerminan dari jamannya.
Instruksi manual
1
Definisi kosakata dari kanon mengatakan bahwa ini adalah seperangkat ketentuan mendasar yang diadopsi dalam bidang tertentu. Sehubungan dengan seni, ini menunjukkan norma yang berlaku, teknik gaya yang digunakan untuk membuat gambar. Salah satu contoh pertama dalam sejarah peradaban, ketika seni sepenuhnya tunduk pada aturan dan hukum, adalah Mesir Kuno. Budaya ini menciptakan karya (lukisan, patung, arsitektur), yang tidak dimaksudkan untuk kesenangan estetika. Semua monumen adalah bagian dari kegiatan keagamaan dan berfungsi untuk memastikan hubungan suci kehidupan duniawi dengan lingkaran surgawi. Penyimpangan dari kanon berarti memutus hubungan antara yang ilahi dan yang profan. Oleh karena itu, alat dan teknik ditingkatkan, dan kanon tetap tidak berubah.
2
Perwakilan dari budaya yang lebih muda - Yunani, yang, pada gilirannya, dapat dianggap sebagai tempat lahirnya peradaban Eropa, sangat menghargai seni Mesir. Jadi Plato dan Aristoteles menganggap gambar planar tentang seorang pria, karakteristik Mesir, yang benar, memungkinkan Anda untuk melihat hal-hal yang dekat dengan kenyataan, dan perspektifnya - menipu. Pematung Yunani kuno dan ahli teori seni Polycletus memikirkan kembali kanon-kanon Mesir dan menciptakan karya-karya yang menjadi cita-cita estetika bagi Eropa selama berabad-abad yang akan datang.
3
Munculnya agama Kristen membentuk makna istilah "kanon" sebagai seperangkat prinsip pandangan dunia yang didasarkan pada teks-teks suci. Dalam arti sempit, kanon adalah dekrit Konsili Ekumenis, yang diakui sebagai kitab-kitab suci tertentu, simbol-simbol, struktur gereja, tata ibadah, dan cara hidup tertentu. Dalam tradisi keagamaan, standar seni rupa tunduk pada ketentuan umum gereja. Interpretasi seperti itu mengambil konsep kanon jauh melampaui pemahaman estetika sebagai cita-cita yang indah: kita berbicara tentang ekspresi kekudusan melalui cara penggambaran tertentu. Maka sampai masa Renaissance, ikon lukisan sengaja dihindari naturalisme (menggunakan perspektif terbalik dan teknik lainnya).
4
Renaissance, di satu sisi, sekali lagi mengangkat cita-cita zaman kuno, dan di sisi lain, sangat mementingkan pengalaman individu seniman. Di era ini, klasisisme mulai terbentuk sebagai gaya artistik, yang melahirkan akademisme sebagai semacam prinsip pedagogis. Dan hari ini, seorang pelukis, pematung, musisi atau arsitek mulai dengan reproduksi sampel, secara bertahap sampai pada teknik dan bentuk mereka sendiri.
5
Dalam pemikiran domestik, pemahaman teoritis tentang konsep ini dimulai hanya pada abad ke-20. Filsuf A.F. Losev menyebut kanon sebagai "model struktural-kuantitatif" dari sebuah karya dengan gaya tertentu, yang, pada gilirannya, mengungkapkan realitas sosial-historis tertentu. Semiotik Yu.M. Lotman berpendapat bahwa teks kanonik (dan konsep teks dalam semiologi - ilmu sistem tanda - ditafsirkan secara luas) adalah struktur yang tidak sebanding dengan bahasa alami, tetapi, sebaliknya, menghasilkan informasi. Artinya, kanon membentuk gaya, bahasa artis.